Deskripsi Masalah:

Indonesia adalah negara dengan keragaman agama dan budaya yang sangat tinggi. Dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, negara ini juga merupakan rumah bagi penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan aliran kepercayaan lainnya. Interaksi lintas agama menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal sapaan dan salam.

Dalam berbagai acara, sering kita temui para pembicara yang mengawali sambutan atau pidatonya dengan berbagai salam dari lintas agama. Hal ini mereka lakukan dengan alasan menampakkan toleransi dan menjaga kerukunan antar umat beragama. Seperti Shalom (salam untuk agama Kristen Protestan.) Om Swastiastu (salam untuk agama Hindu.) Namo Buddhaya

(salam untuk agama Buddha.), dan salam kebajikan (salam untuk agama Konghucu).

Jika ditelusuri, kata-kata salam dari berbagai agama tersebut berarti demikian:

1. “shalom” dalam tradisi Ibrani kuno mengandung ungkapan, “Kiranya Yahweh, Allahku mendengar seruan perdamaian.”^[1] .Meskipun dalam kitab-kitab Pentateukh^[2] ungkapan šālồm lākem – “sejahteralah bagimu,” Kej. 43:23; mencakup hal keagamaan dan sakral, akan tetapi

ungkapan ini juga ditemukan dalam konteks sekuler yang menekankan kepada “keadaan baik,” “tidak kurang sesuatu apapun,” “sehat walafiat,” atau “aman dan sentosa.”^[3]

• Om Swastiastu berasal dari kata “Om” yaitu aksara suci untuk Sang Hyang Widhi, sedangkan kata Swastiastu terdiri atas kata-kata Sansekerta: Su + Asti + Astu. Su artinya baik, Asti artinya ada, dan Su + Asti = Swasti. Kata Astu sebagai penutup ucapan Swastiastu itu berarti semoga. Sehingga arti Om Swastiastu adalah “semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang

Widhi.”^[4]

• Namo Buddhaya adalah salam pujian yang artinya “terpujilah Buddha”.^[5]
• “salam kebajikan” merupakan salam yang ada dalam agama Konghucu, seperti yang terdapat dalam buku keimanan agama Konghucu. Salam ini dalam bahasa China, sering diucapkan “Wei De Dong Tian” yang dapat diartikan ‘‘hanya kebajikan Tuhan berkenan, atau hanya orang yang hidupnya menjalankan kebajikan saja yang berkenan kepada Tuhan”.^[6]

Tindakan menyampaikan salam berbagai agama ini kemudian menjadi pro-kontra di kalangan umat Muslim. Sebagian pihak menyatakan bahwa tindakan demikian adalah toleransi yang kebablasan sebab ada unsur pembenaran terhadap keyakinan mereka. Sedangkan sebagian lagi menganggap salam-salam tersebut tak lebih dari sapaan pada umumnya.

Pertanyaan: 

a. Bagaimanakah hukum salam lintas agama, baik dari pejabat maupun non pejabat? Jawaban:

a. Mempertimbangkan; bahwa sebenarnya tidak ada peraturan undang-undang maupun syariat yang mengharuskan masyarakat umum atau pejabat mengucapkan salam dari berbagai lintas agama.

Maka, hukum mengucapkan salam lintas agama sebagaimana deskripsi di atas pada dasarnya tidak diperbolehkan, karena termasuk bagian dari kalimat yang identik dengan ajaran nonmuslim yang maknanya tidak diketahui secara pasti.

Namun mengucapkan salam lintas agama bagi para pejabat publik yang memiliki kepentingan khusus seperti dalam forum-forum nasional, hukumnya diperbolehkan sebagai wujud menjaga kerukunan sosial dan umat beragama.

1. الفتاوى الفقهية الكبرى – )ج 1 / ص 37 )

وسئل نفع الل بعلومه عن رقية الكافر إذا لم يعلم أنها تتضمن كفرا هل يجوز استعمالها للمسلمي أو ل فأجاب بقول ل يجوز لأحد أنيستعمل رقية سواء كانت من كافر أو غيه إل إذا علم أنها غي مشتملة عل كفر أو محر م والدليل عل ذلك أن الصحابة لما سألوا النبصل الل عليه وسلم عن رقاهم لم يأذن لهم فيها حت أمرهم بأن يعرضوها عليه فعرضوها عليه فقال ل بأس وحيث كان ف الرقية اسمسياني مثلا لم يجز استعمالها قراءة ول كتابة إل إن قال أحد من أهل العلم الموثوق بهم إن مدلول ذلك السم معن جائز لأن تلكالأسماء المجهولة ا لمعن قد تكون دالة عل كفر أو محرم كما صرح به أئمتنا فلذلك حرموها قبل علم معناها.  

2. حسن السير في بيان أحكام أنواع التشبة بالغير للسيد محمد عوض الشريف الدمياطى صـ 9

التشبه قد يكون ف المختص بالجنس أو الغالب فيه وهذا هو المحر م كما مر، وقد يكون ف غي ذلك كأن يكون فيما يليق بالجنسالآخر وإن لم يغلب فيه ول اختص به وهذا هو الذي قد يكر ه.  

3. حاشية البجيرمي على الخطيب جـ 13 صـ 347

وأول من لبس الطيلسان بالمدينة جبي بن مطعم، وعن الكفاية لبن الرفعة أن ترك الطيلسان للفقيه مخل بالمروءة أي وهو بحسب ما كانف زمنه ا هـمن السية الحلبية. وف المناوي عل الخصائص روى الترمذي بسند ضعيف عن ابن عمر مرفوعا )ليس منا أي من العامليبهدينا والجارين عل منهاج سنتنا من تشبه بغينا( أي من أهل الكتاب ف نحو ملبس وهيئة ومأكل ومشب وكلام وسلام وتكهن وتبتلونحو ذل ك )ل تشبهوا باليهود ول بالنصارى فإن تسليم اليهود إشارة بالأصابع وتسليم النصارى الإشارة بالأكف( ول منافاة بي هذا الخب،وبي خب )لتتبعن س ن من كان قبلكم(، وخب )ستفترق أمتي عل ثلاث وسبعي فرقة( لأن المراد هنا أن جنس مخالفتهم وتجنب مشابهتهمأمر مشوع، وأن الإنسان كلما بعد عن مشابهتهم فيما لم يشع لنا كان أبعد عن الوقوع ف نفس المشابهة المنه عنها. قال السمهودي:

واستدل بهذا الخب عل كراهة لب س الطيلسان لأنه من ملابس اليهود والنصارى، وف مسلم )إن الدجال يتبعه اليهود عليهم الطيالسة(وعورض بما خرجه ابن سعد )أنه سئل عن الطيلسان فقال هذا ثوب ل يؤدى شكره( وبأن الطيالسة الآن ليست من شعارهم بل ارتفع فزماننا وصار داخلا ف عموم المباح. وقد ذكره ابن ع بد السلام ف البدع المباحة. قال ابن حجر: وقد يصي من شعار قوم فيصي تركه مخلابالمروءة ا  ه.  

[1] Dennis Pardee, “An Overview of Ancient Hebrew Epistolography” in Journal Biblical of Literature, 97 (1978): 321-.643

[2] Pentateukh adalah nama untuk lima kitab pertama dalam Alkitab. Para ahli Alkitab konservatif menyakini bahwa kitabkitab ini sebagian besar ditulis oleh Musa.  

[3] Zinzedorf Dachi, Menghadirkan Shalom Berdasarkan Yeremia 29:4 Dalam Jurnal Illmuniate, Vol 1, No.1 (2018), 44.

[4] Anak Agung Aditya Adnyana, “Implementasi Pendekatan Etnopedagogi Pada Kebijakan Salam Om Swastyastu Dan Salim (Cium Tangan) Di Sekolah Sma Negeri 2 Denpasar” Dalam Jurnal Sang Acharya: Jurnal Profesi Guru, Vol. 4, No 2 (2023), 188.

[5] Nyoto, “Makna Kata Namo A Mi Thuo Fo”. Skripsi. Tangerang : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya.

[6] Janfrido M. Siahaan, “Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain” 4 Dalam RHEMA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, Vol. 6 No. 1, Juni (2020), 17.