Menyoal Panti Jompo (Dilema Perawatan Orang Tua Bagi Anak Yang Sudah Berkeluarga)

  Deskripsi Masalah:

Menteri Sosial Tri Rismaharini menghadiri puncak peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024 di Aceh Utara. Dalam kesempatan itu, Risma mengaku tidak setuju dengan konsep panti jompo atau kerap dipahami sebagai tempat penampungan lansia. “Itu tadi yang saya sampaikan, itu model luar negeri sebetulnya menurut saya. Saya nggak

setuju, tidak sesuai dengan budaya,” kata Risma di Kabupaten Aceh Utara, Rabu (29/5/2024). 

Risma mengatakan keberadaan panti jompo tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Dia khawatir panti jompo justru menjadi alasan pembenaran sang anak untuk menolak merawat lansia di keluarganya. “Nanti banyak orang tua yang kemudian dilempar di panti, setelah itu ditinggal. Apa iya seperti itu budaya kita?. Agama kita tidak mengajarkan seperti itu” katanya.[1] 

Memang benar, kewajiban merawat kedua orang tua adalah bentuk kewajiban yang dipikul oleh sang anak. Terlebih jika kedua orang tua sudah memasuki usia lanjut. Hal ini disampaikan dalam kitab Ayyuhal Walad mengenai macam-macam birrul walidain

رعايتهما ولا سيما عند الكبر وملاطفتهما وإدخال السرور وملازمتهما قدر الاستطاعة في حال المرض أو العجز

Anggapan masyarakat umum perihal panti jompo sebenarnya sudah lama melekat sebagai tempat yang memberi kesan pelarian dari tanggung jawab merawat orang tua. Telah ditemukan banyak pasutri yang mengungsikan orang tua mereka untuk dirawat di panti jompo. Namun bila ditelusuri lebih lanjut, tindakan sang anak ternyata juga banyak yang dilatar belakangi dari permintaan orang tua. Beberapa lansia cenderung menawarkan dirinya untuk hidup di lingkungan yang lebih nyaman bersama kawan sebayanya.

Beberapa anak yang menyetujui permintaan orang tua mereka untuk dirawat di panti jompo juga terkadang dilatar belakangi alasan lain. Orang tua yang bertingkah laku seperti anak kecil membuat sang anak khawatir terjadi selisih pendapat antara orang tua dan anak atau anggota keluarga lainnya. Untuk menghindari hal tersebut, tidak sedikit para anak menyetujui permintaan orang tuanya untuk dirawat di panti jompo dibandingkan harus mengupayakan diri agar merawat dan menjalin hubungan dengan baik.

Disisi lain, faktor merujuk orang tua agar singgah di panti juga ditemukan dari sisi anak. Keberadaan sang anak yang terlalu sibuk mengurus perkara rumah tangga dan mencari nafkah untuk membangun ekonomi, baik dengan full time di kantor atau dengan cara merantau, menjadikan kewajiban merawat orang tua menjadi terabaikan.

Kurangnya efektifitas merawat orang tua, berdampak pada hubungan anak dan orang tua yang kurang baik. Sebab walaupun tinggal di atap yang sama, namun interaksi di antara mereka tidak terjalin secara harmonis. Dan parahnya orang tua yang berada di panti, merasa anggota keluarganya sudah tidak dapat melayani dan mengasuh dengan baik.

Pertimbangan:

.1 Kesibukan anak dalam mencari nafkah untuk membangun ekonomi, baik karena keluarga barunya atau karena merantau, membuatnya mengesampingkan moment untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usia;

.2 Orang tua sudah merasa tidak nyaman di rumah. Jika dibandingkan harus tinggal di rumah, beberapa lebih memilih untuk masuk panti jompo dengan mengisi kegiatan positif dan berbaur dengan sebayanya.

Pertanyaan: 

a. Bagaimana konsep ideal menurut fikih terkait merawat orang tua bagi anak yang sudah berumah tangga?

Jawaban: 

a. Konsep ideal merawat orang tua bagi anak adalah suatu bentuk perawatan yang membuat rasa aman, tenang dan nyaman bagi orang tua dari sisi kecukupan sandang, pangan, tempat tinggal serta kebutuhan sarana dan prasarana menyesuaikan kondisi dan kepantasan secara umum.

Perawatan ini secara ideal harus dilakukan oleh anaknya sendiri, akan tetapi boleh dilakukan orang lain jika tidak mampu.

Catatan: 

.1 Yang dimaksud dengan tidak mampu di atas adalah ketidakmampuan merawat baik secara nyata karena ketiadaan anak atau keluarga yang merawat, atau ketidakmampuan karena kesibukan untuk memenuhi kebutuhannya;

.2 Istilah panti jompo lebih baik diganti dengan “Rumah Nyaman Perawatan Orang Tua” atau “Pondok Pesantren Orang Tua”.

Referensi
1. الزواجر عن اقتراف الكبائر )2/ 88٣)2. التفسير المنير للزحيلي )15/ 61 )
3. المفاتيح في شرح المصابيح )1/ 1٣7( الحس ين بن محمو د بن الحس نا الح ان ي في )المتوفى: 727 هـ 4. حاشية الجمل الجزء الرابع صحـ 511  
5. كفاية الأخيار )ص: 440 )6. وغيرهـا.. .
  1. الزواجر عن اقتراف الكبائر) 2/ 88٣)

) الكبيرة الثانية بعد الثلاثمائة : عقوق الوالدين أو أحدهـما وإن علا ولو مع وجود أقرب منه ( قال – تعالى -: } واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا وبالوالدين إحسانا { قال ابن عباس : يريد البر بهما مع اللطف ولين الجانب ، فلا يغلظ لهما في الجواب ، ولا يحد النظر إليهما ، ولا يرفع صوته عليهما ، بلّ يكونبين يديهما مثل العبد بين يدي السيد تذللا لهما ، وقال – تعالى -: } وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهـما أو كلاهـما فلا تقل لهما أف ولا تنهرهـما وقل لهما قولا كريما واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا { أمر الله – تعالى -بالإحسان إليهما ، وهـو البر والشفقة والعطف والتودد وإيثار رضاهـما .ونهى عن أن يقال لهما أف ، إذ هـو كناية عن الإيذاء بأي نوع كا ن حتى بأقل أنواعه، ومن ثم ورد أنه صلّ الله عليه وسلم : قال : } لو علم الله شيئا أدنى من أف لنهى عنه ، فليعمل العاق ما شاء أن يعمل فلن يدخل الجنة ، وليعمل البارما شاء أن يعمل فلن يدخل النار { .ثم أمر بأن يقال لهما القول الكريم : أي اللين اللطيف المشتمل على العطف والاستمالة وموافقة مرادهـما وميلهماومطلوبهما ما أمكن سيما عند الكبر ، فإن الكبير يصير كحال الطفل وأرذل ؛ لما يغلب عليه من الخرف وفساد التصور ، فيرى القبيح حسنا والحسنقبيحا ، فإذا طلبت رعايته وغاية التلطف به في هـذه الحالة وأن يتقرب إليه بما يناسب عقله إلى أن يرضى ففي غير هـذه الحالة أو لى.  

  • التفسير المنير للزحيلي) 15/ 61 )
  • الإحسان إلى الوالدين فرض لازم واجب، وقد أمر الله سبحانه بعبادته وتوحيده، وجعل بر الوالدين مقرونا بذلك، كما قرن شكرهـما بشكره، فقال: وقضىربك ألا تعبدوا إلا إياه، وبالوالدين إحسانا وقال: أن اشكر لي ولوالديك ،إلي المصير.  
  • من البر بالأبوين والإحسان إليهما ألا يتعرض لسبهما ولا لعقوقهما فإن ذلك من الكبائر بلا خلاف.  
  • عقوق الوالدين: مخالفتهما في أغراضهما الجائزة لهما، كما أن برهـما موافقتهما على أغراضهما، فتجب طاعتهما في المباح المعروف غير المعصية، ولا تجبطاعتهما في المعصية.  
    • المفاتيح في شرح المصابيح) 1/ 1٣7( الحس ين بن محمو د بن الحسن ا           الح ان    ي في  )المتوفى: 727 هـ )

 “العقوق”: مخالفة امن ح يقه واجبٌ، “الوالدين”: الأب والأم، و”عقوق الوالدين”: عصيان أمرهـما وتركُ خدمتهما، ف يكل أمرٍ يأمر به الأب أو الأم الو الد واجبٌ على الولد الإتيانُ بذلك الأمر إن لم يكن فيه إثمٌ، مثل أن يأمر الأب أو الأم الولد بالسرقة أو قتلِ أحدٍ أو  شتمه وما أشبه ذلك، فلا يجوز الإتيان بهذاالأمر؛ لأنه لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق. ويجب على الولد خدمةُ الوالدين ب اق تدر ما يطُي ق، ويجب عليه نفقتهما وكسوتهما إن كانا فقيرين، إن كانيقدر على نفقتهما وكسوتهما.  


[1] https://news.detik.com/berita/d-7363399/mensos-risma-tak-setuju-konsep-panti-jompo-itu-budaya-luar-negeri 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *